LINTASMATRA.COM – SURABAYA. Ning Lia, sebagai Bacawali (bakal calon Wali Kota) Surabaya kembali menyapa warga, Selasa malam (15/10), yang kali ini di kawasan Tanah Merah, wilayah Kecamatan Kenjeran, Surabaya.
Meski sekedar guyub dengan warga setempat dalam acara “ngopi bareng” bersama para relawan dari Surabaya Ceria dan lainnya, tak ketinggalan pula menyemarakkan suasana adalah awak media Metro Soerya dan HKNews.info, namun begitu sambutan masyarakat luar biasa hangat.
Ning Lia Bersama Relawan Dan Media Kasak – kusuk terdengar gunjingan di kalangan ibu – ibu warga Tanah Merah, mengatakan, “Lho iku lak Ning Lia….(lho itu kan Ning Lia, Red) !” Yang sebelah menyahut, “Iyo…iku ponakane Bu Khofifah ate dadi wali kota Suroboyo…(Iya…itu keponakannya Gubernur Bu Khofifah, akan menjadi Wali Kota Suroboyo…) !”
Begitulah…. Bertepatan akan dilangsungkannya ulang tahun ke 9 “MetroSoerya” sebuah media mingguan dan on-line terbitan Surabaya, sengaja digelar silaturahmi dan sapa warga oleh Ning Lia, yang diprakarsai para relawan dan awak media, utamanya Pimred “MetroSoerja” M. Choirul.
Hal ini tak lepas disinggung Ning Lia dalam sambutannya, bahwa di tengah kian moncernya nama Ning Lia menyonsong Pilwali 2020 mendatang, malah memunculkan pertanyaan di kalangan pihak – pihak tertentu.
Tentang…..”siapa sebenarnya sosok atau tokoh di balik Ning Lia ?” “Begitu besarkan dana yang tersedia ?” dan “Dari mana dana nya ?” atau “siapa pendana nya ?” Maklum, begitu banyak agenda kegiatan Ning Lia bersama relawan selama ini, termasuk penyebaran pamflet dan spanduk Ning Lia, tak henti – hentinya mendekati para konstituen, serta tak henti – hentinya pula tampil di pemberitaan di media massa maupun elektronik tentang Ning Lia Bacawali Kota Surabaya.
Dari kiri : Gus Dar, Arif Fauzi (suami Ning Lia), Abdurrahman (AMB) “Itu memang fakta…asli faktanya begitu…banyak orang ‘kepo’…siapa sih dibelakangnya Ning Lia ini ? Bahkan disampaikan ke saya…siapa pendana nya ? Saya katakan, ini semua murni dari relawan, mereka yang buat desain, mereka yang cetak segala macam yang dananya dari kantong mereka sendiri.
Mungkin sudah rejeki dari Allah SWT,” tutur Ning Lia. Menurutnya, para relawan itu bekerja dengan ikhlas, itu sebabnya ia tak punya hak untuk tidak puas dengan hasil kerja relawan, apalagi dihasilkan dari sebuah kejujuran dan ketulusan. Soal ada yang menanyakan, siapa pendananya…Ning Lia mengajak untuk kembali ke falsafah “air”.
“Air itu kan sifatnya mengalir…ya sudah mengalir saja kita…Insya Allah nanti akan ketemu jalannya,” tutur Ning Lia, yang mencetuskan Nawa Tirta. Pesannya kepada para relawan agar turut menjaga elektabilitas, popularitas dan kodusifitas dalam pencalonan dia menjadi walikota/ wakil walikota, dan tak perlu ambisius. ( Bunarto)