Meski Sempat Terdampak Lumpur Lapindo, Pengrajin Tanggulangi Tetap Jadi Jujugan Pecinta Kerajinan Kulit
SIDOARJO – LINTASMATRA. Pengrajin di Tanggulangin mulai bangkit lagi, tetap menjadi jujugan penggemar barang kulit asli.Meski sempat mati suri karena bencana semburan lumpur Lapindo, para perajin di sentra industri tas, kulit, sepatu dan sandal Tanggulangin kini bangkit kembali.
Para perajin yang terwadahi dalam Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako) mencapai masa kejayaan pada 1980- 2000 itu sempat mati suri beberapa tahun.
“Bisa berjaya waktu itu, karena belum ada kompetitor seperti sekarang,” kata Ainur Rofiq, Ketua Koperasi Intako.
Kejayaan perajin Tanggulangin mulai goyah pada 2001, karena mulai bermunculan perajin dan pengusaha di tempat baru di kawasan Tanggulangin. Waktu itu ada pertokoan Permata Tanggulangin dan beberapa toko besar lainnya yang berada di luar kawasan Intako.
Puncaknya pada 2006-2008 saat awal semburan lumpur Lapindo. Kondisi sentra Tanggulangin benar-benar mati suri. Kondisi itu diperparah oleh gempuran barangbarang impor asal China.
”Kami merasakan benar-benar sepi pengunjung. Tak ada lagi bus bus pariwisata yang datang ke sini,” kata,Rofiq.
Ketua Koperasi Intako, Ainur Rofiq.
Kebangkitan kembali perajin Tanggulangin mulai terjadi ketika pemerintah membuat jalan arteri baru Porong pada 2012. Akses yang mudah menuju ke sentra Tanggulangin, membuat pengunjung mulai berdatangan lagi.
Puncaknya pada 2016 saat jalan arteri Porong sudah selesai dibangun, dan ada langsung ke kawasan sentra Tanggulangin. Meski tidak seramai dulu, namun Rofiq masih bersyukur karena sentra industri tas, kulit, sepatu dan sandal Tanggulangin kebanggaan warga Sidoarjo dan Jawa Timur masih bisa bertahan hingga sekarang.
Ia pun membandingkan dengan sentra perajin kulit di Cibaduyut, Jawa Barat, yang sekarang tidak terdengar lagi.(Yul)